Menjelang Lengsernya Soeharto

Detik-detik lengsernya presiden Soeharto
Mei 1998 merupakan momen penting dalam sejarah Indonesia. Sajarah mencatat, kekuatan rakyat bisa menumbangkan penguasanya yang telah bercokol selama 32 tahun.
Kala itu, Jakarta dan sejumlah kota besar lainnya mencekam. Demonstrasi menentang Seoharto berlangsung dimana-mana dan terus-menerus.
Kala situasi dalam negeri memanas, Soeharto malah meninggalkan negerinya. Pada 12 Mei 1998 ia terbang ke Mesir untuk menghadiri KTT G-15. Laporan situasi dalam negeri yang tak menentu rupanya juga sampai ke telinga Sang Jenderal Besar.
Di Kairo ia memberi sinyal. Ia bilang akan meninggalkan tampuk jika memang rakyat tidak lagi memberi kepercayaan kepadanya. Jika rakyat memang menghendaki ia mundur, katanya, ia siap mundur dan tidak akan mempertahankan kedudukannya dengan kekuatan senjata.
Selesai mengikuti KTT G-15, pada 15 Mei 1998, ia tiba di tanah air. Siang harinya, ia menerima Wakil Presiden BJ Habibie dan sejumlah pejabat tinggi negara lainnya.
Sebuah peristiwa mengejutkan terjadi pada 17 Mei 1998. Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya, Abdul Latief mengajukan surat pengunduran diri sebagai menteri. Ini peristiwa langka selama Soeharto berkuasa. Pengunduran Latief ini kemudian diikuti beberapa menteri lainnya.
Sementara, di luar, demonstrasi menuntut Soeharto mundur terus digalakkan. Bahkan demonstrasi ini harus menelan nyawa.
Inilah kronologi lengsernya Soeharto pada Mei 1998.
5 Maret 1998
20 mahasiswa UI mendatangi Gedung DPR/MPR untuk menyatakan penolakan terhadap pidato pertanggungjawaban presiden yang disampaikan pada Sidang Umum MPR dan menyerahkan agenda reformasi nasional. Mereka diterima Fraksi ABRI
11 Maret 1998
Soeharto dan BJ Habibie disumpah menjadi Presiden dan Wakil Presiden
14 Maret 1998
Soeharto mengumumkan kabinet baru yang dinamai Kabinet Pembangunan VII.
15 April 1998
Soeharto meminta mahasiswa mengakhiri protes.
18 April 1998
Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI Jendral Purn. Wiranto dan 14 menteri Kabinet Pembangunan VII mengadakan dialog dengan mahasiswa di Pekan Raya Jakarta. Namun sejumlah mahasiswa menolak dialog tersebut.
1 Mei 1998
Soeharto melalui Menteri Dalam Negeri Hartono dan Menteri Penerangan Alwi Dachlan mengatakan bahwa reformasi baru bisa di mulai tahun 2003.
2 Mei 1998
Menteri Penerangan Alwi Dachlan meralat pernyataannya. Ia menyatakan Soeharto mau melakukan reformasi bisa dilakukan sejak sekarang.
4 Mei 1998
Mahasiswa Medan, Bandung dan Yogyakarta menyambut kenaikan harga bahan bakar minyak (2 Mei 1998) dengan demonstrasi besar- besaran. Demonstrasi itu berubah menjadi kerusuhan saat para demonstran terlibat bentrok dengan petugas keamanan.
5 Mei 1998
Demonstrasi mahasiswa besar-besaran terjadi di Medan yang berujung pada kerusuhan.
9 Mei 1998
Soeharto berangkat ke Kairo, Mesir untuk menghadiri pertemuan KTT G -15. Ini merupakan lawatan terakhirnya keluar negeri sebagai Presiden RI.
12 Mei 1998
Aparat keamanan menembak empat mahasiswa Trisakti yang berdemonstrasi secara damai. Keempat mahasiswa tersebut ditembak saat berada di halaman kampus.
13 Mei 1998
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi datang ke Kampus Trisakti untuk menyatakan duka cita. Kegiatan itu diwarnai kerusuhan.
14 Mei 1998
Soeharto seperti dikutip koran, mengatakan bersedia mengundurkan diri jika rakyat menginginkan. Ia mengatakan itu di depan masyarakat Indonesia di Kairo. Sementara itu kerusuhan dan penjarahan terjadi di beberapa pusat perbelanjaan di Jabotabek seperti Supermarket Hero, Super Indo, Makro, Goro, Ramayana dan Borobudur. Beberapa dari bagunan pusat perbelanjaan itu dirusak dan dibakar. Sekitar 500 orang meninggaldunia akibat kebakaran yang terjadi selama kerusuhan terjadi.
15 Mei 1998
Soeharto tiba di Indonesia setelah memperpendek kunjungannya di Kairo. Ia membantah telah mengatakan bersedia mengundurkan diri. Suasana Jakarta masih mencekam. Toko-toko banyak di tutup. Sebagian warga pun masih takut keluar rumah.
16 Mei 1998
Warga asing berbondong-bondong kembali ke negeri mereka. Suasana di Jabotabek masih mencekam.
19 Mei 1998
Soeharto memanggil sembilan tokoh Islam seperti Nurcholis Madjid, Abdurachman Wahid, Malik Fajar, dan KH Ali Yafie. Dalam pertemuan yang berlangsung selama hampir 2,5 jam (molor dari rencana semula yang hanya 30 menit) itu para tokoh membeberkan situasi terakhir, dimana eleman masyarakat dan mahasiswa tetap menginginkan Soeharto mundur.
Permintaan tersebut ditolak Soeharto. Ia lalu mengajukan pembentukan Komite Reformasi. Pada saat itu Soeharto menegaskan bahwa ia tak mau dipilih lagi menjadi presiden. Namun hal itu tidak mampu meredam aksi massa, mahasiswa yang datang ke Gedung MPR untuk berunjukrasa semakin banyak.
Sementara itu Amien Rais mengajak massa mendatangi Lapangan Monumen Nasional untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional.
20 Mei 1998
Jalur jalan menuju Lapangan Monumen Nasional diblokade petugas dengan pagar kawat berduri untuk mencegah massa masuk ke komplek Monumen Nasional namun pengerahan massa tak jadi dilakukan. Pada dinihari Amien Rais meminta massa tak datang ke Lapangan Monumen Nasional karena ia khawatir kegiatan itu akan menelan korban jiwa. Sementara ribuan mahasiswa tetap bertahan dan semakin banyak berdatangan ke gedung MPR / DPR. Mereka terus mendesak agar Soeharto mundur.
21 Mei 1998
Di Istana Merdeka, Kamis, pukul 09.05 Soeharto mengumumkan mundur dari kursi Presiden dan BJ. Habibie disumpah menjadi Presiden RI ketiga.

Sejumlah mahasiswa ITB berunjuk rasa pada 30 April 1998, dengan membawa spanduk bertuliskan ‘Reformasi Sekarang Juga.’ Reformasi, menurut mereka, sama dengan mengganti presiden (Seoharto).
Sekitar seribu demonstran yang turun jalan kala itu bentrok dengan aparat keamanan. Akibatnya sejumlah demonstran mengalami luka di kepala.

Demontrasi itu kemudian meluas hingga ke sejumlah daerah selama beberapa hari. Tuntutan mereka sama: adanya reformasi ekonomi-politik dan pengunduran diri Presiden Soeharto.
Protes anti Soeharto oleh mahasiswa di sekitar jembatan Semanggi, Jakarta, Mei 1998.
Mahasiswa menuntut Soeharto mundur di Gedung MPR/DPR, Mei 1998.
Massa merusak mobil saat kerusuhan 14 Mei 1998 di Jl. Hasyim Ashari Jakarta.
Mobil yang dibakar pada kerusuhan Mei 1998 dengan latar belakang Citraland Mall, Grogol, Jakarta.
Kerusuhan 13-14 Mei 1998 di Jakarta.
Saat kerusuhan di Jakarta 13-14 Mei 1998, sejumlah orang menjarah barang-barang di toko-toko.
Panser PHH ABRI pada kerusuhan Jakarta 14 Mei 1998
 Polisi pada kerusuhan Jakarta, 14 Mei 1998.
Akibat demonstrasi besar-besaran yang digelar di Jakarta dan pelbagai daerah, akhirnya Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya di Istana Presiden Jakarta 21 Mei 1998. Sebagai gantinya, BJ. Habibie yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden, menggantikan Soeharto.

Usai mengumumkan pengunduran diri, Soeharto menyaksikan pengambilan sumpah BJ. Habibie sebagai Presiden RI.

0 komentar:

[ Vistory ]

  • 125x125 Ads1
  • You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

    Blogroll

    Blogger templates

    Kursor Blog

    Blogger news

    bertaburbntang

    Pages

    Powered by Blogger.

    Translate

    Popular Posts

    Followers

    About Me

    Followers

    Tentangku

    Cari Blog Ini

    Jumlah Pengunjung